Bijak Menggunakan Internet

Berita Keamanan Siber

Jumlah telepon genggam yang beredar di Indonesia melebihi jumlah penduduk. Dalam webinar bertajuk “Bijak Bermedia Sosial: Membangun Budaya Digital Perangi Hoaks”, Jumat (25/3/2022) Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika Rosarita Niken Widiastuti mengungkapkan bahwa telepon genggam yang beredar jumlahnya lebih dari 125 persen penduduk. Hal tersebut dapat menjadi pertanda bahwa masyarakat Indonesia aktif menggunakan internet.

Melalui data yang diterbitkan perusahaan riset DataReportal pada Februari 2022, jumlah pengguna internet Indonesia terlihat mengalami lonjakan. Pada Januari 2022 pengguna internet dicatat mencapai 204,7 juta orang. Adapun tingkat penetrasi internet Indonesia mencapai 73,7 persen dari total populasi pada awal 2022. Hal tersebut berarti pengguna internet di Indonesia meningkat hingga 2,1 juta orang atau 1 persen dari tahun 2021.

Internet tentunya dapat dimanfaatkan secara positif, antara lain sebagai media komunikasi dan media bertukar data. Hal tersebut mendorong keuntungan-keuntungan lain seperti kemudahan mendapat informasi, kemudahan berbisnis, kemudahan dalam melakukan proses belajar-mengajar, serta beragam kemudahan di bidang lainnya.

Meskipun begitu, sesuai pesan Niken dalam webinar yang digelar oleh Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo bekerja sama dengan Komisi I DPR RI itu, akses internet selayaknya pisau bermata dua. Selain membawa manfaat positif, internet juga dapat memberikan dampak negatif, misalnya kecanduan internet, perjudian, pencurian data pribadi, dan penyebaran hoaks secara lebih mudah.

Menurut Niken, masyarakat umumnya berkomunikasi melalui berbagai media sosial. WhatsApp merupakan salah satunya.  Dalam satu menit di platform WhatsApp, pesan yang masuk disebar dan didistribusikan sebanyak 96 juta informasi. Sayangnya, selain yang bernilai positif, terdapat pula informasi yang bersifat negatif yang turut tersebar di dalamnya.

"Begitu banyaknya informasi yang kita terima. Di situlah perlunya kita bijak dalam menggunakan medsos,” tutur Niken. Oleh sebab itu, Niken mengajak masyarakat untuk mengedepankan etika dalam menggunakan media sosial dengan cara lebih hati-hati dalam menyebarkan informasi yang belum tentu benar. Check dan recheck perlu dilakukan sebelum meneruskan informasi.

Dalam paparannya, Niken juga menyebutkan hasil survei daring Mastel pada 2017 menunjukkan bahwa media sosial, aplikasi komunikasi, dan situs menjadi saluran tertinggi bagi penyebaran hoaks dalam bentuk tulisan, gambar, dan video. Adapun bentuk hoaks yang paling sering diterima adalah berupa tulisan, gambar, dan video.

 

Sumber: https://www.kominfo.go.id/content/detail/41203/agar-selamat-menggunakan-pisau-bermata-dua/0/artikel